Mengapa Candi Cetho Jadi Favorit Para Spiritualis? Temukan Jawabannya!

14 Juni 2024, 03:10 WIB
Mengapa Candi Cetho Jadi Favorit Para Spiritualis? Temukan Jawabannya! /ahmaddfajrii_/

KABARMESUJI.COM - Candi Cetho adalah salah satu candi Hindu yang terletak di Gunung Lawu, dengan ketinggian sekitar 1.496 meter di atas permukaan laut.

Keunikan ini menjadikannya salah satu candi tertinggi di Indonesia. Dengan lokasinya yang berada di Karanganyar, Candi Cetho merupakan peninggalan dari Kerajaan Majapahit pada masa akhir kekuasaan Prabu Brawijaya V.

Tentu saja, setiap teras di candi ini memiliki sejarah panjang dan filosofi tersendiri.

Baca Juga: Pantai Mesra: Surga Tersembunyi di Tengah Gunung Kidul!

Sejarah Candi Cetho

Penemuan Awal oleh Van der Vlis

Situs Candi Cetho pertama kali ditemukan oleh Van der Vlis pada tahun 1842. Penelitian ini kemudian diteruskan oleh beberapa peneliti lain seperti WF Stuterheim, KC Crucq, dan AJ Bernet Kempers. Penelitian yang lebih mendalam dilakukan oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda pada tahun 1928, yang mengadakan penelitian, ekskavasi, dan rekonstruksi.

Prasasti dan Tanggal Pembangunan

Candi ini diperkirakan selesai dibangun pada tahun 1475 M (sekitar 1397 Saka), berdasarkan prasasti yang ditulis dengan huruf Jawa kuno di dinding gapura. Prasasti tersebut menyebutkan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat peruwatan atau tempat untuk membebaskan diri dari kutukan.

Peran dan Fungsi Candi Cetho

Tempat Peruwatan dan Pembebasan Diri

Candi Cetho dibangun sebagai tempat peruwatan, yang berarti tempat untuk membersihkan diri dari kutukan. Fungsi ini sangat jelas dari prasasti yang ditemukan di gapura candi. Selain itu, Candi Cetho juga berfungsi sebagai tempat peribadatan masyarakat Hindu dan penganut Kejawen di sekitar Karanganyar.

Perbandingan dengan Candi Sukuh dan Candi Kethek

Lokasi Candi Cetho yang dekat dengan Candi Sukuh dan Candi Kethek menunjukkan bahwa daerah ini kaya akan peninggalan sejarah. Candi Sukuh dan Candi Kethek juga memiliki konstruksi dan fungsi yang mirip, meskipun Candi Cetho memiliki lebih banyak teras dan detail yang unik.

Baca Juga: Jelajahi Keindahan Gunung Kidul: 5 Pantai yang Bakal Membuatmu Terpesona!

Konstruksi dan Struktur Candi

Desain Punden Berundak

Candi Cetho memiliki desain punden berundak yang terdiri dari beberapa tingkat. Pada awal penemuannya, candi ini memiliki 14 teras, namun saat ini hanya tersisa sembilan teras yang telah dipugar.

Pemugaran oleh Sudjono Humardani

Pada tahun 1970-an, Sudjono Humardani melakukan pemugaran terhadap Candi Cetho. Namun, pemugaran ini menuai kritik dari para ahli karena dinilai tidak sesuai dengan metode standar dalam arkeologi. Banyak struktur asli yang berubah, sehingga bentuk candi saat ini mirip dengan pura di Bali.

Filosofi dan Makna Candi Cetho

Arti Nama "Cetho"

Secara filosofis, nama "Cetho" berarti “nyata” atau “jelas,” baik dari pandangan manusia maupun gaib. Nama ini mencerminkan fungsi candi sebagai tempat untuk membersihkan diri dari kutukan dan mencapai kejernihan spiritual.

Penggunaan untuk Peribadatan Hindu dan Kejawen

Candi Cetho masih digunakan untuk peribadatan oleh masyarakat Hindu dan penganut Kejawen. Tempat ini juga menjadi tujuan favorit bagi kaum spiritualis yang mencari ketenangan dan inspirasi.

Baca Juga: 5 Tempat Camping di Malang yang Bikin Betah! Simak Selengkapnya!

Penjelasan Teras-Teras Candi

Gapura dan Arca Penjaga

Teras pertama Candi Cetho memiliki gapura besar yang ditambahkan saat pemugaran, diapit oleh dua arca penjaga. Gapura ini merupakan salah satu penambahan baru yang memberikan nuansa Bali pada candi ini.

Petilasan Ki Ageng Kricingwesi

Di teras kedua, terdapat petilasan Ki Ageng Kricingwesi yang dipercaya sebagai leluhur masyarakat Dusun Ceto. Tempat ini sering dikunjungi oleh masyarakat setempat untuk berdoa dan memberikan sesajen.

Batu Kura-Kura dan Simbol Phallus

Teras ketiga memiliki batu mendatar yang disusun membentuk kura-kura raksasa, yang merupakan lambang Majapahit atau “Surya Majapahit.” Selain itu, terdapat juga simbol phallus sepanjang 2 meter yang melambangkan penciptaan manusia.

Relief Samudramanthana dan Garudeya

Teras keempat memuat relief yang menggambarkan cuplikan kisah Samudramanthana dan Garudeya. Kisah-kisah ini menguatkan asumsi bahwa candi ini berfungsi sebagai tempat peruwatan.

Baca Juga: Unik! Wisata Pantai Mesra Yogyakarta Punya Spot Rerumputan Hijau yang Cantik

Pendapa untuk Upacara

Pada teras kelima dan keenam, terdapat bangunan berupa pendapa yang sering digunakan untuk upacara-upacara agama. Pendapa ini adalah tempat penting dalam ritual peribadatan di Candi Cetho.

Arca Sabdapalon dan Nayagenggong

Teras ketujuh memiliki dua arca yang dipercaya sebagai Sabdapalon dan Nayagenggong, penasihat spiritual Prabu Brawijaya V. Arca-arca ini menjadi simbol penting dalam sejarah dan kepercayaan masyarakat setempat.

Arca Phallus dan Prabu Brawijaya V

Di teras kedelapan, terdapat arca phallus yang disebut “kuntobimo” dan arca Prabu Brawijaya V dalam wujud mahadewa. Kedua arca ini melambangkan kekuatan spiritual dan kekuasaan.

Tempat Pemanjatan Doa

Teras kesembilan merupakan tempat pemanjatan doa yang hanya dibuka pada acara-acara khusus seperti sembahyang. Tempat ini adalah pusat dari kegiatan spiritual di Candi Cetho.

Panduan Kunjungan

Lokasi dan Aksesibilitas

Candi Cetho terletak di Karanganyar, berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur, sekitar 24 km ke timur dari pusat kota Karanganyar. Untuk mencapai candi ini, kamu dapat menggunakan kendaraan bermotor dengan estimasi waktu berkendara sekitar 48 menit.

Harga Tiket Masuk dan Biaya Parkir

Harga tiket masuk ke Candi Cetho sangat terjangkau, hanya Rp10.000 per orang. Jika kamu membawa kendaraan pribadi, ada biaya parkir tambahan yang dikenakan.

Jam Operasional

Candi Cetho buka selama 24 jam pada hari Selasa dan Jumat. Pada hari lainnya, candi ini buka dari jam 8 pagi sampai 4 sore.

Baca Juga: Wisata Kuliner Fay Garden Magelang, Tempat Terbaik untuk Akhir Pekan!

Aktivitas di Candi Cetho

Menikmati Sejarah dan Budaya

Selain sebagai tempat peribadatan, Candi Cetho juga merupakan lokasi yang ideal untuk belajar sejarah dan budaya. Kamu bisa menikmati arsitektur dan filosofi yang kaya dari candi ini.

Spot Fotografi dan Eskapisme

Candi Cetho juga menjadi spot fotografi yang menarik dengan latar belakang pegunungan dan arsitektur yang indah. Tempat ini cocok untuk eskapisme dari rutinitas yang melelahkan, memberikan ketenangan dan pemandangan yang menakjubkan.

Candi Cetho adalah salah satu peninggalan sejarah yang penting dari Kerajaan Majapahit. Dengan lokasi yang unik dan filosofi yang mendalam, candi ini menawarkan pengalaman spiritual dan budaya yang kaya. Selain sebagai tempat peribadatan, Candi Cetho juga menjadi tujuan favorit bagi para pelancong yang ingin menikmati keindahan sejarah dan alam.***

 

Editor: Ari Junika

Tags

Terkini

Terpopuler